passion itu apa?

Mungkin sudah ribuan, bahkan jutaan manusia yang terpaksa mengorbankan diri atau mimpinya menjadi ‘budak korporasi’ guna menyambung hidup. Tidak ada yang salah.  Mereka itu sudah mengambil keputusan yang rasional, demi memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.

Tapi, yang sangat disayangkan adalah Ki Hajar Dewantara. Iya, bapak pendidikan kita nan tersohor itu. Semboyan yang ia populerkan, Tut Wuri Handayani, hanya menjadi penghias seragam kaum terpelajar Indonesia. Tut Wuri Handayani mempunyai makna ‘didorong dari belakang’, dimana siswa harus mengeksplor dirinya sendiri dan dibantu oleh guru-guru. Mereka seharusnya dibimbing, bukan dipaksa atau didikte. Baru saya sadari, Ki Hajar Dewantara adalah seorang revolusionis karena sistem pendidikan Indonesia itu prinsipnya hampir sama dengan Finlandia sekarang, negara kecil  di Eropa Utara yang telah mencuri perhatian dunia karena kesuksesannya dalam pendidikan mengalahkan negara-negara  kapitalis dan imperialis yang pongah.

Pendidikan itu memang kompleks. Mencari solusinya tidak semudah saran-saran dari praktisi atau sang profesor. Tapi perlu diketahui, jika peserta didik belum mengetahui minat dan bakatnya setelah lulus Sekolah Menengah Atas, pendidikan selama 12 tahun tersebut belum berhasil. Akibatnya, tidak sedikit siswa yang bingung dalam memilih jurusan setelah lulus SMA.

Hal tersebut selalu terjadi karena siswa tetap dicekoki segudang materi yang mereka belum tahu apa fungsinya kelak. Mengeksplor diri sendiri dicap buang-buang waktu untuk yang tak pasti. Pendidik telah dibutakan dengan sihir nilai rapor dari pada membimbing si anak menuju pribadi sadar akan diri sendiri. Nilai dimanipulasi agar si anak bisa duduk di kursi UI, ITB atau UGM sehingga peringkat sekolah naik.

Sayang sekali, sudah dua belas tahun di sekolah tidak tahu akan menjadi apa. Mungkin saja Indonesia masih dibayangi sisa kolonialisme, tidak cukup percaya diri dalam memajukan diri sendiri. Maka, pegawai BUMN atau PNS adalah sasaran andalan bagi  kaum muda. Lantas saja banyak anak muda yang mengobral ijazah sana-sini karena tidak mandiri dan tidak dibekali menjadi diri sendiri.

Pada akhirnya, idealisme hanya omong kosong bagi kehidupan.

 


Leave a comment